“Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. At Tirmidzi)

Rabu, 25 Januari 2012

Semangat Juangmu Dinda, Inspirasi Bagiku


Pelajaran hidup, dapat diambil hikmahnya oleh orang yang senantiasa berpikir dan merenunginya. Bila tidak, semuanya akan berlalu tanpa sedikitpun hikmah yang dapat memberi arti yang lebih baik.

Malam ini pun sama seperti malam kemarin, berkutat dengan kertas - kertas sebagai estafet cita kuliahku. Menulis kalimat demi kalimat hingga tersusun menjadi rentetan paragraf. Pikiranku hanya terfokus pada satu hal itu, membuat diri terlena dalam rentetan paragraf berisi potensial osmotik sel, larutan hipotonik dan hipertonik beserta kawan - kawannya. Semua itu makin menyadarkanku tentang hidup, memahami apa yang dilakukan sel tumbuhan pada berbagai aktivitas hidup dengan caranya yang unik, bekerjasama dengan lingkungan serta memberi manfaat bagi sekitarnya. Subhanallah...

Malam ini pun syahdu karenanya,,,
"klik..klik.." sms masuk dari sahabat karibku nan jauh disana. Terdiam. Senyap. Tak pernah terlintas di benakku akan mendapat kabar seperti ini, senyum menyambut sms yang saya terima. Ini nyata, bukan bagian skenario dari sinetron picisan yang sepanjang hari tayang menghiasi layar kaca. Kabar yang cukup kembali menyadarkanku bahwa selama ini diri benar-benar buta, ya buta dan lupa akan kehidupan ku sendiri. yang selalu dalam keadaan kurang serius dalam segala hal, baik dalam organisasi maupun Belajar. Ini Benar - benar membuat ku Terinspirasi untuk lebih Giat dan kuat.

Disaat malam ini aku dapat dengan tenang merancang masa depan kuliahku, di pojok bumi Jurai Laumpung Say ini. disebelah sana ada saudaraku yang harus berjuang untuk masa depannya, begito pula dengan saya. Seorang Akhwat yang kuat dan tegar. Engkau menginspirasiku, Dinda...

Detik ini, saat aku mulai malas untuk kembali menulis rangkaian paragraf  untuk cita kuliahku, akan segera kubayangkan wajahmu, dinda. Wajah khusyu' ketika bermunajat kepada Rabb. Hingga butiran peluhmu yang mengalir ketika kau berjuang. Takkan kusisakan lagi waktu untuk menunda detik demi detik ini..

Kala diri sedang merindu kepada Rabb, dengan begitu mudahnya memperoleh apa yang diinginkan, sembari membayangkan wajahmu mungkin diri dapat menyortir sebagian keinginan hingga layaknya membran semipermiabel yang hanya menerima komponen yang diperlukan. Lebih bijak lagi dalam keinginan.

Terima kasih telah menginspirasi dan mengosmosis aliran semangat itu pada diri yang faqir ini Dinda. Setimbang dunia dan akhirat adalah cita kita. Sama~sama berjuang dinda.

Semoga Allah memudahkan serta memberkahi segala usaha kita,  

Amiin Y Rabbal 'Alamiin..

(Dan katakanlah, "bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui yang gaib dan nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.") QS At -Taubah : 105

Aku Mencintaimu Karena Allah


Jikalau Mentari Enggan Terbit,
Cukuplah Wajah Kaprisilia yang menggantikan Sinarnya
Bila Rembulan Enggan Datang dimalam hari, 
Kelembutan Wajah Kaprisilia Sudah cukup untuk Menyejukkan Bumi...

Anak Ku


Anakku,…
Bila ibu boleh memilih
Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar karena mengandungmu
Maka ibu akan memilih mengandungmu…
Karena dalam mengandungmu ibu merasakan keajaiban dan kebesaran Allah
Sembilan bulan nak,.....engkau hidup di perut ibu
Engkau ikut kemanapun ibu pergi
Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak karena kebahagiaan
Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak nyaman, karena ibu kecewa dan berurai air mata..

Anakku,...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi caesar, atau ibu harus berjuang melahirkanmu
Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu
Karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu
Adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu pintu surga
Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia sangat ibu rasakan
Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua
Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit,
Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun
Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia
Saat itulah… saat paling membahagiakan
Segala sakit & derita sirna melihat dirimu yang merah,
Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan,
Kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita Rasulullah di telinga mungilmu

Anakku,..
Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah, atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,
Maka ibu memilih menyusuimu,
Karena dengan menyusuimu ibu telah membekali hidupmu dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat berharga
Merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada ibu dalam kantuk ibu,
Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan

Anakku,...
Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang rapat
Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan puzzle
Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu

Tetapi anakku,...
Hidup memang pilihan...
Jika dengan pilihan ibu, engkau merasa sepi dan merana
Maka maafkanlah nak...
Maafkan ibu....
Maafkan ibu...
Percayalah nak, ibu sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita,
Agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan kita yang hilang
Percayalah nak...
Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu
Percayalah nak...
Engkau adalah selalu menjadi belahan nyawa ibu…

Senin, 23 Januari 2012

AKU ADA UNTUKMU PALESTINAKU


By : El-syifa Latania
mahasiswi STEI SEBI 08

Malam ini begitu sunyi….
Sesunyi hatiku saat ini…
Tapi rembulan tetap bersinar dengan gagahnya...
Segagah wajah-wajah para pejuang palestina....
Semilir angin yang berhembus sepoi...
Menggerakkan hatiku untuk lebih merapatkan anggota tubuhku yang kedinginan...
Kututup perlahan kedua mataku...
Kuterbayang akan negeriku...
Akankah kami bisa tidur nyenyak untuk malam-malam yang akan datang???
Hatiku bertanya pilu...
Kugenggam erat kedua tanganku...
Kumencoba tegar, setegar batu yang kami gunakan untuk melawan musuh-musuh Allah itu...
Aku tersenyum, senyum yang mengalirkan kekuatan dalam jiwaku...
Membayangkan akan kisah hari esok yang kami nanti-nanti....

Palestinaku....
Hembusan angin semakin kencang kurasakan...
Sekencang dan setegar hatiku untuk menghadapi hari esok...
Kini pagi semakin dekat...
Tapi sedetikpun mata ini tak pernah terpejam...
Kuyakinkan dalam hatiku...
Kami akan meraih kemenangan itu...
Kami akan mendapatkan kemerdekaan itu...
Itu janjiku...

Palestinaku....
Hari ini telah tiba...
Ku kan berjuang untuk kebebasanmu...
Ku berdiri tegap di setiap langkahku...
Kulontarkan nama Allah di setiap lemparan batu...
Kusertakan bismilliah disetiap melawan zionis-zionis itu...
Akan kurebut kemerdekaan mu.....
Walau harus ditebus dengan nyawaku...

Detik demi detik telah kulalui...
Hari demi hari telah kulewati...
Hingga bulanpun terus berganti...
Saat ini...
Aku masih disini...
Berdiri tegak di barisan terdepan...
Berharap mampu merebut kemenaangan...
Dooorrrrr...................
Satu hentakan peluru menembus lenganku...
Dengan segala sisa kemampuan yang ku miliki..
Kuambil batu yamg dikirim Allah kepadaku....
Yang mungkin ini perlawanan terakhir dariku....
Untuk menghabisi iblis-iblis itu...
Dengan sekali hentakan, membuat tentara mereka terkapar lesu...
Kuterjatuh tak sadarkan diri...
Kubermimpi....
Melempar....melempar....dan terus melempar....
Hingga mereka melarikan diri...
Mungkin aku hanya satu dari sekian juta mujahid Allah yang akan membelamu...
Aku hanya sedikit penyemangat dari sekian banyak semangat yang disuguhkan oleh pemuda-pemudamu...
Yang mampu membebaskanmu...

Palestinaku....
Malam kini tidak sedingin dulu...
Angin kini berhembus syahdu...
Dan rembulanpun kini tersenyum malu...
Menyaksikan kemenanganmu...
Melihat kemerdekaanmu...
Kutersenyum hangat untukmu...
Dalam tidurku......., tidur panjangku....

Rabu, 18 Januari 2012

"Cinta" tanpa Defenisi

Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat.
Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu ia kembali tenang: seperti seekor harimau kenyang yang terlelap tenang. Demikianlah cinta.

Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menyimpan kekuasaan besar.
Cinta adalah kata tanpa benda, nama untuk beragam perasaan, muara bagi ribuan makna, wakil dari kekuatan tak terkira. Ia jelas, sejelas matahari.
Mungkin sebab itu Eric Fromm ~dalam The Art of Loving~ tidak tertarik atau juga tidak sanggup mendefinisikannya. Atau memang cinta sendiri yang tidak perlu definisi bagi dirinya. Tapi juga terlalu rumit untuk disederhanakan.Tidak ada definisi memang. Dalam agama, atau filsafat atau sastra atau psikologi. Tapi inilah obrolan manusia sepanjang sejarah masa. Inilah legenda yang tak pernah selesai. Maka abadilah Rabiah Al-Adawiyah, Rumi, Iqbal, Tagore atau Gibran karena puisi atau prosa cinta mereka. Abadilah legenda Romeo dan Juliet, Laela Majenun, Siti Nurbaya atau Cinderela.  
Abadilah Taj Mahal karena kisah cinta di balik kemegahannya.
Cinta adalah lukisan abadi dalam kanvas kesadaran manusia. Lukisan. Bukan definisi. Ia disentuh sebagai sebuah situasi manusiawi, dengan detail-detail nuansa yang begitu rumit. Tapi dengan pengaruh yang terlalu dahsyat. Bahkan penderitaan akibat kekecewaan kadang terasa manis karena cinta yang melatarinya: seperti Gibran yang kadang terasa menikmati Sayap-sayap Patah-nya.
Barangkali kita memang tidak perlu definisi. Toh kita juga tidak butuh penjelasan untuk dapat merasakan terik matahari. Kita hanya perlu tahu cara kerjanya. Cara kerjanya itulah definisi: karena ~kemudian~ semua keajaiban terjawab disini.

"serial cinta Anis Matta"
created by : El-syifa Latania, 17 Januari 2012

Selasa, 17 Januari 2012

Akal Setipis Rambutnya

Assalamu'alaikum wr wb....

Jangankan lelaki biasa, Nabi pun terasa sunyi tanpa wanita. Tanpa
mereka, hati, fikiran, perasaan lelaki akan resah. Masih mencari walaupun
sudah ada segala - galanya. Apalagi yang tidak ada di syurga, namun Nabi Adam a.s.
tetap merindukan siti hawa.
Kepada wanitalah lelaki memanggil ibu, istri atau puteri. Dijadikan mereka dari tulang rusuk yang bengkok untuk diluruskan oleh lelaki, tetapi kalau lelaki sendiri yang tidak lurus, tidak mungkin mampu hendak meluruskan mereka.

Tak logis kayu yang bengkok menghasilkan bayang-bayang yang lurus.
Luruskanlah wanita dengan cara petunjuk Allah, karena mereka diciptakan
begitu rupa oleh mereka. Didiklah mereka dengan panduan dariNya:
JANGAN COBA JINAKKAN MEREKA DENGAN HARTA, NANTI MEREKA SEMAKIN LIAR, JANGAN
HIBURKAN MEREKA DENGAN KECANTIKAN, NANTI MEREKA SEMAKIN MENDERITA,

Yang sementara itu tidak akan menyelesaikan masalah, Kenalkan mereka
kepada Allah, zat yang kekal, disitulah kuncinya. AKAL SETIPIS RAMBUTNYA,
TEBALKAN DENGAN ILMU, HATI SERAPUH KACA, KUATKAN DENGAN IMAN, PERASAAN
SELEMBUT SUTERA, HIASILAH DENGAN AKHLAK .

Suburkanlah karena dari situlah nanti mereka akan nampak penilaian dan
keadilan Tuhan. Akan terhibur dan berbahagialah mereka, walaupun tidak jadi
ratu cantik dunia, presiden ataupun perdana mentri negara atau women gladiator.
Bisikkan ke telinga mereka bahwa kelembutan bukan suatu kelemahan. Itu bukan
diskriminasi Tuhan. Sebaliknya, disitulah kasih sayang Tuhan, karena rahim
wanita yang lembut itulah yang mengandungkan lelaki2 wajah: negarawan, karyawan,
jutawan dan wan-wan lain. Wanita yang lupa hakikat kejadiannya, pasti tidak
terhibur dan tidak menghiburkan. Tanpa ilmu, iman dan akhlak, mereka bukan saja tidak bisa diluruskan, bahkan mereka pula membengkokkan.

LEBIH BANYAK LELAKI YANG DIRUSAKKAN OLEH PEREMPUAN DARIPADA PEREMPUAN YANG DIRUSAKKAN OLEH LELAKI. SEBODOH-BODOH PEREMPUAN PUN BISA MENUNDUKKAN SEPANDAI-PANDAI LELAKI.

Itulah akibatnya apabila wanita tidak kenal Tuhan, mereka tidak akan kenal diri mereka sendiri, apalagi mengenal lelaki. Kini bukan saja banyak boss telah kehilangan secretary, bahkan anakpun akan kehilangan ibu, suami kehilangan istri dan bapak akan kehilangan puteri. Bila wanita durhaka dunia akan huru-hara. Bila tulang rusuk patah, rusaklah jantung, hati dan limpa. Para lelaki pula jangan hanya mengharap ketaatan tetapi binalah kepemimpinan.

Pastikan sebelum memimpin wanita menuju Allah PIMPINLAH DIRI SENDIRI DAHULU KEPADA-NYA. jinakan diri dengan Allah, niscaya jinaklah segala-galanya dibawah pimpinan kita.

JANGAN MENGHARAP ISTRI SEPERTI SITI FATIMAH, KALAU PRIBADI BELUM LAGI SEPERTI SAYIDINA ALI

wassalam...